kalo lo liat beberapa media belakangan ini membicarakan sebuah kejadian mencontek massal di salah satu daerah di Indonesia. kejadian ini kemudian di laporkan ke media oleh si Ibu yang anaknya rangking 1 di kelasnya. ia merasa sekolahnya sudah mendidik yang tidak benar kepada anaknya, yaitu "mencontek"
tetapi gw juga menemukan beberapa anak yang pantang mencontek dan memberikan contekan. salah satunya adalah Ahmad Junaedi Putra. Pria yang memiliki kejujuran tingkat tinggi ini, pas SMA gw menaggapnya pelit. tapi saat ini, gw merasa dia adalah sosok yang pantas buat ditiru. well, ini mungkin perubahan pandangan dari "pelit" menjadi "idealis". pelit adalah kalo "dia mau terima contekan tapi gak mau berbagi"dan idealis yang berarti "gw gak nyontek, dan gw gak mau kasih contekan. jalan lo, jalan lo. jalan gw, jalan gw. jangan saling ganggu dan saling menghormati" itulah yang ada dalam benak gw saat ini. gw nyontek juga dia masa bodo, diem aja. asal jangan nyontek dia aja. urusan kelar. sebuah pilihan yang bagi gw cukup bijak. beruntunglah yang jadi istrinya kelak.
tapi gw merasa keputusan dia yang masih SMA jauh lebih baik daripada orang tua si anak SD tersebut. kenapa? karena ia lebih menghargai pilihan orang lain. bagaimana tidak, akibat laporan orant tua si anak SD itu, kepala sekolahnya dicopot dan wali kelasnya gak ada kabarnya. bagi gw, itu sama aja udah ngerebut lapangan pekerjaan orang. tak hanya itu, ia juga harus mengungsi ke daerah lain akibat tindakannya. gw gak peduli ma orang tuanya, tapi gw kasian ma anaknya. gw pernah denger dari sebuah media, dia sampe gak berkomunikasi lagi ma temen temennya sejak kejadian tersebut. gw rasa, itu adalah hal yang berat untuk anak seusianya.
orang tuanya memang beruntung memiliki anak pandai, tegap, ganteng dan sangat berbeda dengan gw yang bego, jauh dari kata ganteng dan memiliki badan seperti dodol gagal. tetapi, tolonglah coba pikirkan tentang pergaulan anaknya, perlu ya sampe harus mengorbankan "pergaulan anaknya?" oke sih, dia langsung dapet beasiswa karena kejujurannya. Alhamdulillah..tapi pergaulan di usianya juga cukup menentukan karakter dia kedepannya. kalo dia sudah dimusuhi oleh lingkungannya, gw jujur sih kasian.
lagipula, jadi orang yang dicontek itu bagi gw memiliki "nilai" tersendiri. hal ini terjadi pada gw. pas gw nyontek terus terusan, ada pada satu titik dimana gw berkata pada diri gw sendiri "gw gak mau kayak gini terus, nyontek terus. gw pengen, jadi orang yang dicontek" mati matian lah gw belajar sampe gw menemukan beberapa pelajaran yang bisa jadi amunisi unggulan gw. diantaranya adalah bahasa Inggris dan Bahasa indonesia. pelajaran yang mudah? mungkin, untuk kalian, tapi perlu kerja keras bagi gw.
bahasa inggris, gw matian matian belajar dan Alhamdulillah, pas SMA gw dapet toefl prediction tertinggi di kelas gw. dan mungkin masuk 10 posisi teratas di sekolah. gw susah payah untuk itu. klo buat lo itu biasa, itu gak biasa buat gw.
bahasa Indonesia mungkin pelajaran yang gampang, tetapi buat sebagian orang yang gak sabar, ini momok yang menakutkan. bayangin aja, lo kudu baca 5 paragraf cerita hanya untuk mendapatkan 1 jawaban untuk 1 nomor. dan gw, karena gw suka baca, ini adalah hal yang sangat menyenangkan.
beruntung, dua pelajaran tersebut adalah 2 dari 3 pelajaran yang di UN-kan (gw lulus SMA tahun 2005. pada saat itu hanya ada 3 mata pelajaran yang diujikan. yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Ekonomi untuk IPS) dan gw manjadi salah satu kiblat dalam mencontek.
pas kuliah, Alhamdulillah gw juga dipercaya ma beberapa temen gw untuk dicontek. gw juga gak masalah untuk itu, meski gw juga gak jarang nyontek mereka. klo gw salah, ya maaf, gw juga manusia. bisa salah juga. hehe..tapi jujur, menjadi yang dicontek adalah hal yang jauh lebih menyenangkan daripada mencontek.
yah, kalo gw mengajarkan ketidakjujuran dalam, postingan ini, gw cuma mau kasih liat sisi lain dari mencontek itu sendiri. mencontek itu memang salah. gak ada yang meragukan itu. tetapi, bukan berarti kalo kita gak mau kasih contekan kita lapor ke mediakan? gw rasa itu tidak pantas. biarlah setiap orang mengambil jalannya masing masing dengan kosekuensi yang ditanggung masing masing juga dan mualilah untuk menghargai pilihan orang lain.
itu aja, semoga paragraf 3 dan terakir bisa menjadi bahan renungan buat kita. dan mohon maaf apabila postingan ini membuat anda tersinggung atau berkesan sombong atau gmn, aku hanya ingin berbagi pendapat, cerita dan pengalaman aja. oke? see u
Gambar : berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar