Di sebuah hutan yang lebat, hidup sebuah keluarga kelinci yang berbahagia. hidup mereka tentram tanpa ada binatang buas yang mengintai. keluarga tersebut memiliki anak semata wayang bernama Linci. Linci hobinya berlari. setiap hari kegiatannya hari berlari di kebun miliknya. namun ia sama sekali tidak pernah mengajak teman-temannya untuk berlari bersama. alasannya sederhana, agar ia lebih bebas. ia merasa bahwa dengan berlari sendiri, ia tidak perlu memikirkan teman-temannya yang berlari terlalu pelan dan ia juga tidak perlu merasa malu bila ia berlari terlalu pelan dibandingkan teman temannya.
namun, Ibunya tidak suka melihat Linci hanya bermain sendiri. Ibunya merasa sudah saatnya untuk Linci belajar memiliki teman. ia pun memutuskan untuk membujuk Linci agar merubah sikap acuhnya
"Linci, tidak kah kamu merasa kesepian bila hanya bermain sendiri?" tanya Ibu Linci
"Tidak Bu" jawab Linci.
"Bukankah lebih menyenangkan kalau bermain bersama teman-teman?"
"hmm, tidak bu. aku kurang bisa mengerti teman-teman. kalau mereka terlalu pelan berlari, aku malas menunggu mereka. namun bila mereka terlalu cepat, aku takut diperolok." ungkapnya.
Ibunya pun hanya bisa menghela napas panjang mendengar jawaban Linci. Meski ia senang melihat Linci berbahagia dengan hidupnya saat ini, namun ia yakin kebahagiaan Linci dapat lebih berkali-kali lipat bila ia bersama dengan teman temannya. maka suatu hari ia pun memutuskan untuk melarang Linci bermain di kebunnya.
"Linci, jangan main di kebun. coba kamu keluar dan bermainlah bersama dengan teman temanmu" ungkap Ibu Linci. larangan Ibunya ini sontak mengagetkan Linci yang biasa bermain sendiri.
"Kenapa tidak boleh bermain dikebun?" tanya Linci pada Ibunya
"Bukan tidak boleh Linci, namun sebentar lagi kebun kita akan panen. bila kamu bermain dikebun, takutnya kebun akan rusak. coba kamu bermain di dekat sungai" ungkap Ibunya.
mendengar itu pun, Linci merasa sedih. namun ia tetap mematuhi perintah Ibunya untuk bermain disungai. di sungai ia pun berlarian kesana kemari. selain berlarian, ia pun juga bermain air.
"wah, sepertinya kamu seru sekali main disitu. boleh ikut?" tanya anak gajah yang tiba tiba sudah memperhatikan Linci sejak lama.
"Kamu siapa? aku tidak pernah melihatmu" tanya Linci.
"Namaku Bela. aku Gajah dari utara. boleh aku bermain bersama kamu?" jawab gajah tersebut
boleh saja, namun jangan ganggu aku" jawab Linci
"Aku tidak akan menggangumu, aku hanya ingin ikut bermain air bersama kamu" tambah Bela.
Linci pun mulai bermain dengan Bela. cukup seru permainan mereka. Bela menembakkan air dari belalainya kearah Linci. namun Linci selalu berhasil mengelak dari semprotan air bela. saking serunya permainan mereka, mereka pun jadi agak kurang berhati-hati. ada kulit pisang sisa makanan Orang Utan disana. Linci yang tidak melihatnya pun menginjaknya, terpeleset dan jatuh ke sungai.
"Tolong-tolong! aku tidak bisa berenang" teriak Linci setengah tenggelam.
"Tunggu Linci, aku akan menolongmu" teriak Bela menenangkan. Bela pun menjulurkan belalainya guna meraih Linci yang mulai tenggelam. namun belalainya kurang panjang. Bela pun mencari akal. tiba tiba di matanya menangkap sebuah sulur panjang yang dirasanya cukup kuat.
"Tangkap ini Linci!" teriak Bela sambil melempar sulur tersebut.
Linci pun menangkap sulur tersebut dan kemudian langsung ditarik Bela. bela adalah anak Gajah yang tentunya tenaganya tidak sebesar Ibunya. Ia harus susah payah menarik sulur tersebut. usahanya tidak sia-sia, Linci berhasil diselamatkan ke sisi sungai.
"Terima Kasih Bela, kamu telah menyelamatkanku" ucap Linci
"Iya sama-sama" jawab Bela
setelah kejadian tersebut, Linci sadar bahwa jika ia bermain sendiri, pastinya dirinya sudah mati. ia sadar bahwa memiliki teman sangatlah penting. baik saat suka maupun duka, teman akan selalu menemani dan saling menghargai.